Karena
dianggap bertentangan dengan Galen, Michael Servetus dianggap menyimpang.
Hukumannya, dirinya dan buku Christianismi Restitutio karyanya pun dibakar.
Penemuan sirkulasi dalam paru-paru menjadi hal yang penting dan mengundang
banyak perdebatan dalam dunia kedokteran. Pendapat yang diyakini selama ini,
teori mengenai sirkulasi paru-paru -- kaitan antara pernapasan dan peredaran
darah -- ditemukan oleh ilmuwan Eropa mulai abad ke-16. Penggiatnya
berturut-turut adalah Servetus, Vesalius, Colombo, dan terakhir Sir William
Harvey dari Kent, Inggris. Namun penelusuran sejarah lebih lanjut, dengan
meneliti berbagai manuskrip dan objek sejarah lain, maka kejelasan mulai
diungkapkan: penemu sirkulasi paru-paru adalah Ibnu Al-Nafis, ilmuwan
Muslim abad ke-13. Adalah Dr Muhyo Al-Deen Altawi, fisikawan Mesir, yang mulai
menyusur kanal-kanal sejarah sejak tahun 1924. Ia menemukan sebuah tulisan
berjudul Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna di perpustakaan
nasional Prussia, Berlin (Jerman). Saat itu, ia tengah belajar mengenai sejarah
Kedokteran Arab di Albert Ludwig's University Jerman.
Tulisan dalam bentuk diktat itu, merunut pada konteks
waktunya, dianggap sebagai karya tulis terbaik yang merangkai secara detil
topik-topik anatomi, patologi, dan fisiologi. Diktat yang belakangan diketahui
sebagai karya Ibnu Al Nafis ini juga mengungkap sesuatu yang mengejutkan:
deskripsi pertama di dunia mengenai sirkulasi paru-paru!
Ia menguraikan lebih jauh konsep yang dipancangkan ilmuwan
sebelumnya, Galen, pada abad ke-2. Konsep sirkulasi yang dikembangkan Galen
menyebut adanya 'lorong rahasia' antara dua bilik jantung. Ia menguraikan
bagaimana darah mencapai bagian kanan jantung dan bergerak menuju pori-pori
yang tak terlihat di cardiac septum menuju bagian kiri jantung. Di sana darah
bertemu dengan udara dan membangun sebuah 'kekuatan' sebelum diedarkan ke
seluruh tubuh. Menurut Galen, sistem vena merupakan bagian yang terpisah dari
sistem arteri saat mereka 'kontak' dalam pori-pori tak terlihat itu.
Namun, Ibnu Al-Nafis, berdasar
pengetahuannya yang mendalam terhadap anatomi, memikirkan hal yang berbeda:
"...Darah
dari kamar kanan jantung harus menuju bagian kiri jantung, namun tak ada bagian
apapun yang menjembatani kedua bilik itu. Sekat tipis pada jantung tidak
berlubang. Dan bukan seperti apa yang dipikirkan galen, tak ada pori-pori
tersembunyi di dalam jantung. Darah dari bilik kanan harus melewati vena
arteriosa (arteri paru-paru) menuju paru-paru, menyebar, berbaur dengan udara,
lalu menuju arteria venosa (vena paru-paru) dan menuju bilik kiri jantung dan
bentuk ini merupakan spirit vital..."
Dalam
buku itu dia juga mengatakan:
"Jantung
hanya memiliki dua kamar...dan antara dua bagian itu sungguh tidak saling
terbuka. Dan, pembedahan juga membuktikan kebohongan yang mereka ungkapkan.
Sekat antara dua bilik jantung lebih tipis dari apapun. Keuntungan yang didapat
dengan adanya sekat ini adalah, darah pada bilik kanan dengan mudah menuju
paru-paru, bercampung dengan udara di dalam paru-paru, kemudian didorong menuju
arteria venosa ke bilik kiri dari dua bilik jantung..."
Mengenai anatomi paru-paru, Ibnu
Al-Nafis menulis:
"Paru-paru
terdiri dari banyak bagian, pertama adalah bronchi, kedua adalah cabang-cabang
arteria venosa, dan ketiga adalah cabang-cabang vena arteriosa. Ketiganya
terhubung oleh jaringan daging yang berongga."
Dia menambahkan lebih detil mengenai sirkulasi
paru-paru:
"... Yang diperlukan paru-paru untuk transportasi darah menuju vena arteriosa adalah keenceran dan kehangatan pada jantung. Apa yang merembes melewati pori-pori pada cabang-cabang pembuluh menuju alveoli pada paru-paru adalah demi percampurannya dengan udara, berkombinasi dengannya, dan hasilnya memjadi sesuatu yang diperlukan di bilik kiri jantung. Yang mengantar campuran itu ke bilik kiri arteria venosa."
"... Yang diperlukan paru-paru untuk transportasi darah menuju vena arteriosa adalah keenceran dan kehangatan pada jantung. Apa yang merembes melewati pori-pori pada cabang-cabang pembuluh menuju alveoli pada paru-paru adalah demi percampurannya dengan udara, berkombinasi dengannya, dan hasilnya memjadi sesuatu yang diperlukan di bilik kiri jantung. Yang mengantar campuran itu ke bilik kiri arteria venosa."
Kontribusi lain Ibnu Al Nafis adalah
bantahannya tentang nutrisi bagi jantung. Avicenna menulis makanan jantung
diekstrak dari pembuluh kecil dan didorong ke dinding. Kata Al Nafis:
"...
Berbeda dengan pernyataannya (Avicenna-red) bahwa darah pada bagian kanan
adalah untuk memberi makanan jantung adalah tidak benar sama sekali."
Eropa terlambat memahami
Sayangnya, pengetahuan yang sungguh
penting dalam dunia kedokteran ini hanya populer di dunia medis Arab. Eropa
baru mengetahuinya 300 tahun kemudian, saat Andrea Alpago dari Belluno
menerjemahkan karya Al nafis itu dalam bahasa Latin tahun 1547. Kemudian,
Michael Servetus menjelaskan teori sirkulasi paru-paru dalam buku teologinya
yang berjudul Christianismi Restitutio pada tahun 1553. Dia menulis:
"...Udara dan darah bercampur dan dikirim dari paru-paru menuju jantung
melalui pembuluh arteri; bagaimanapun, percampuran itu terjadi di paru-paru.
Warna cerah akan diberikan paru-paru, bukan jantung."
Dan, teori Servetus ini -- yang
terkesan menjiplak Al Nafis -- dieksekusi oleh Gereja karena dianggap
berlawanan dengan apa yang diajarkan oleh Galen. Konsekuensinya, ia bersama
bukunya dibakar. Andreas Vesalius mengikuti jejak Servetus menerangkan teori
sirkulasi paru-paru. Dalam bukunya, De Fabrica, ia menulis persis seperti apa
yang diuraikan Al Nafis. Pada edisi pertama buku Vesalius (1543), ia setuju
dengan pendapat Galen bahwa darah dari bilik kanan menuju bilik kiri melalui
sebuah sekat tipis.
Namun pada edisi keduanya, tahun 1555,
ia sedikit meralatnya dengan kalimat: "Saya masih belum melihat bagaimana
sekat yang sungguh tipis itu bisa mengalirkan darah dari bilik kanan menuju
bilik kiri." Pendapat itu dikuatkan oleh Realdus Colombo (1559) dalam
bukunya, De re Anatomica.
Penjelasan lebih rinci dikemukakan
William Harvey. Pada tahun 1628 ia mendemonstrasikan langsung observasi anatomi
di laboratorium hewan. Ia menjelaskan bagaimana darah berpindah dari bilik
kanan, menuju paru-paru, lalu masuk ke bilik kiri jantung melalui vena
paru-paru. Ia juga menunjukkan tak ada satupun pori-pori dalam sekat
interventrikular jantung.
Ia menulis dalam monografnya:
"Exercitatio anatomica de motu cordis et sanguinis in animalibus: Saya
mulai berpikir tentang gerakan yang sangat cepat dalam lingkaran itu. Saya
menemukan kebenaran bahwa darah dipompa dalam satu hentakan dari bilik kiri
didistribusikan melalui pembuluh arteri ke seluruh bagian tubuh dan kembali
melalui vena dan kembali ke bilik kanan, hanya setelah terkirim ke paru-paru
dari bilik kanan."
Source:
Republika Online
0 komentar:
Posting Komentar