“Saya tidak melihat seorang pun yang lebih cantik (indah) dari Aisyah
binti Thalhah, kecuali Muawiyah saat berada di atas mimbar Rasulullah
SAW.” (HR Abu Hurairah)
Tidak sedikit riwayat yang menggambarkan
kecantikan paras Aisyah binti Thalhah. Bahkan ada yang mengumpamakan
putri dari Thalhah bin Ubaidillah ini bagaikan bidadari surga yang ada
di dunia.
Namun sebenarnya, tidak hanya kecantikan fisik yang
dimiliki Aisyah. Sosoknya dikenal sebagai perempuan yang cerdas dan
akrab dengan istri Rasulullah SAW, Aisyah binti Abu Bakar.
Namanya
pun terukir sebagai perempuan mulia yang banyak mendapatkan hadis-hadis
dari Aisyah, Ummul Mukminin. Kedekatan antara Aisyah binti Thalhah
dengan Aisyah binti Abu Bakar terukir karena adanya hubungan saudara.
Aisyah
istri Rasulullah SAW tidak lain adalah bibi Aisyah binti Thalhah. Namun
di sisi lain, Aisyah RA sangat percaya dengan kecerdasan dan kehebatan
keponakannya yang satu ini.
Aisyah binti Thalhah tidak segan
berguru kepada bibinya. Sebaliknya, Aisyah Ummul Mukminin tidak ragu
membimbing, mencurahkan ilmu-ilmu, dan adab-adab Islam kepada murid
kesayangan yang juga keponakan ini.
Kecerdasan Aisyah yang luar
biasa sehingga namanya masuk dalam jajaran murid Aisyah Ummul Mukminin
yang cerdas. Selain Aisyah binti Thalahah, ada nama Amrah binti
Abdurrahman, dan Hafshah binti Sirin yang menjadi kebanggaan Aisyah
Ummul Mukminin.
Aisyah binti Thalhah dikenal sebagai tabi’in yang
juga perawi hadis yang bisa dipercaya. Tidak sedikit hadis shahih yang
diriwayatkan Aisyah binti Thalhah bersumber dari bibinya, Aisyah RA.
Diantaranya
hadis riwayat dari Abu Dawud dengan sanad dari Al-Minhal bin Amr dari
Aisyah bin Thalhah dari Ummul Mukminin Aisyah RA. “Saya tidak melihat
orang yang paling banyak kemiripan tingkah, sikap, dan kebaikan hati
seperti Rasulullah SAW melebihi Fatimah RA. Ketika datang menemui
Rasulullah SAW, beliau meraih tangan Fatimah lalu menciumnya dan duduk
di tempat duduknya...”
Hadis lain seperti tercantum dalam kumpulan hadis shahih yang
dikeluarkan Imam Muslim dengan sanad dari Thalhah bin Yahya bin Thalhah
dari Aisyah binti Thalhah dan dari Aisyah Ummul Mukminin, “Rasulullah
SAW bersabda, orang tercepat dari kalian yang menyusulku adalah orang
dari kalian yang terpanjang tangannya.”
Mendengar sabda
Rasulullah SAW tersebut, masing-masing menjulurkan tangannya untuk
mengukur siapa yang terpanjang tangannya. Ternyata tangan istri
Rasulullah SAW, Zainab binti Jahsy, yang terpanjang tangannya.
Makna
dari panjang tangan di sini sebagai perumpamaan istri yang giat
bekerja, selalu memenuhi kebutuhan Rasulullah dengan tangannya sendiri.
Zainab binti Jahsy dikenal sebagai istri Rasulullah yang banyak memberi
sedekah.
Siapa sebenarnya Aisyah binti Thalhah? Dia lahir di
Madinah dan erat hubungannya dengan kerabat Rasulullah SAW. Ayahnya
Thalhah bin Ubaidillah At-Taimi Al-Quraisyi termasuk 10 sahabat
Rasulullah SAW yang dijanjikan meraih surga.
Begitu banyak
julukan yang disematkan kepada ayah Aisyah ini. Di antaranya Thalhah
Al-Fayyadh, yaitu orang yang senang berderma. Ada juga yang menyapanya
sebagai Ash-Shabih, Al-Malih, Al-fashih, yaitu yang sangat cemerlang,
ramah, serta baik tutur katanya.
Sedangkan ibunda Aisyah bernama
Ummu Kultsum binti Abi Bakar At-Taimi Al-Quraisyi. Nama Ummu Kultsum
pernah disampaikan Abu Bakar kepada putrinya, Aisyah menjelang
kematiannya. “Sesungguhnya mereka berdua adalah dua saudaramu laki-laki
dan dua saudaramu perempuan.”
Aisyah menjawab, “Asma yang sudah
saya kenal, lalu mana yang lainnya?” Ayahnya mengatakan, dia berada di
kandungan istrinya Habibah yang tengah hamil tua. Bayi dalam kandungan
itu adalah Ummu Kultsum (ibunya Aisyah binti Thalhah).
Aisyah
binti Thalhah menikah dengan saudara sepupunya yang bernama Abdullah bin
Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pasangan ini dikaruniai lima
anak, yaitu Imran, Abdurrahman, Abu Bakar, Thalhah, dan Nafisah. Putra
Aisyah yang bernama Thalhah bin Abdullah mengikuti jejak kakeknya yang
gemar berderma sehingga menjadi tokoh yang dihormati oleh masyarakat
Quraisy.
Semasa hidupnya, Aisyah binti Thalhah menghabiskan waktu untuk beribadah dan banyak berzikir.
Jiwanya
bersih, makanya dia dikenal sebagai perempuan mulia yang bisa
dipercaya. Karena kebersihan hatinya dia pernah bermimpi bertemu ayahnya
yang sudah meninggal 30 tahun lalu.
Dalam mimpinya, Thalhah
meminta putrinya segera merapikan rembesan air yang mengganggunya.
Begitu terbangun, Aisyah segera memanggil kerabatnya segera menuju makam
ayahnya.
Ketika makam Thalhah digali, kondisinya masih utuh
seperti sediakala. Namun, sisi badannya berwarna hijau seperti bilur air
yang mengalir di tubuhnya. Pembongkaran makam Thalhah bin Ubaidillah
dipimpin oleh Abdurrahman bin Salamah Al-Taimi.
Lalu Aisyah
membeli sebidang tanah dari Abu Bakarah di Basrah untuk menguburkan
kembali ayahnya. Setelah diganti kain kafannya, jenazah Thalhah
dikebumikan kembali. Di sekitar makam ayahnya dibangun masjid yang kini
banyak dikunjungi.
Kehidupan Aisyah dianggap sebagai perempuan
langka di jamannya. Dia memiliki fisik yang nyaris sempurna, wajah
cantik dibekali pula budi pekerti yang luhur, cerdas dan rajin
beribadah.
Karenanya, banyak ulama memuji dan memasukkan Aisyah
sebagai tokoh ilmu hadis dalam golongan perawi yang tsiqah (bisa
dipercaya). Selain itu, hadis-hadisnya terkenal bisa dijadikan hujjah,
yaitu sandaran argumentasi hukum.
Abu Zar’ah Ad-Dimasyqi berkata,
“Aisyah binti Thalhah adalah perempuan mulia yang meriwayatkan hadis
dari Aisyah Ummul Mukminin dan banyak orang meriwayatkan hadisnya karena
kedudukan dan adabnya.”
Al-Ajli menilai Aisyah binti Thalhah
adalah seorang perempuan yang berpikiran positif, seorang tabi’in, dan
tsiqah. Aisyah wafat tahun 101 H di Madinah.
Source: republika.co.id
Jumat, 20 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar