Hulagu juga amat senang, ketika Nasirrudin mengungkapan rencananya untuk membangun Observatorium di Maragha.
Saat itu, Hulagu telah menjadikan Maragha yang berada di wilayah Azerbaijan sebagai ibu kota pemerintahannya.
Pada
tahun 1259 M, Nasiruddin pun mulai membangun observatorium yang megah.
Jejak dan bekas bangunan observatorium itu masih ada hingga sekarang.
Observatorium
Maragha mulai beroperasi pada tahun 1262 M. Pembangunan dan operasional
observatorium itu melibatkan sarjana dari Persia dibantu astronom dari
Cina.
Teknologi yang digunakan di observatorium itu terbilang
canggih pada zamannya. Beberapa peralatan dan teknologi penguak luar
angkasa yang digunakan di observatorium itu ternyata merupakan penemuan
Nasiruddin, salah satunya adalah 'kuadran azimuth'.
Selain itu,
dia juga membangun perpustakaan di observatorium itu. Koleksi bukunya
tebilang lengkap, terdiri dari beragam ilmu pengetahuan. Di tempat itu,
Nasiruddin tak cuma mengembangkan bidang astronomi saja. Dia pun turut
mengembangkan matematika dan filsafat.
Di observatorium yang
dipimpinnya itu, Nasiruddin Al-Tusi berhasil membuat tabel pergerakan
planet yang sangat akurat. Kontribusi lainnya yang amat penting bagi
perkembangan astronomi adalah kitab Zij-i Ilkhani yang ditulis
dalam bahasa Persia dan lalu diterjemahkan dalam bahasa Arab. Kitab itu
disusun setelah 12 tahun memimpin Observatorium Maragha.
Selain itu, Nasiruddin juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya berjudul Al-Tadhkira fi'ilm Al-Hay'a
(Memoar Astronomi). Nasiruddin mampu memodifikasi model semesta
episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga
keseragaman rotasi benda-benda langit.
Nasiruddin meninggal dunia
pada 26 Juni 1274 M di Baghdad. Meski begitu, jasa dan kontribusinya
dalam pengembangan ilmu pengetahuan masih tetap dikenang. Namanya,
dibadikan mejadi salah satu nama kawah di bulan.
Oberservatorium Maragha karya Al-Tusi.
Sumbangan Penting Nasiruddin untuk Sains
Astronomi
Ia
menulis beragam kitab yang mengupas tentang Astronomi. Nasiruddin juga
membangun observatorium yang mampu menghasilkan tabel pergerakan planet
secara akurat.
Model sistem plenaterium yang dibuatnya diyakini
paling maju pada zamannya. Dia juga berhasil menemukan sebuah teknik
geometrik yang dikenal di barat dengan a-Tusi-couple. Sejarah juga
mencatat, Nasiruddin sebagai astronom pertama yang mengungkapkan bukti
observasi empiris tentang rotasi bumi.
Salah satu karya Nasiruddin Al-Tusi yang dikenal dengan a-Tusi-couple.
Biologi
Nasiruddin
juga turut memberi sumbangan dalam pengembangan ilmu hayat atau
biologi. Ia menulis secara luas tentang biologi. Nasiruddin menempatkan
dirinya sebagai perintis awal dalam evolusi biologi.
Dia memulai
teorinya tentang evolusi dengan alam semesta yang terdiri dari
elemen-eleman yang sama dan mirip. Menurutnya, kontradiksi internal
mulai tampak sebagai sebuah hasil, dan beberapa zat mulai berkembang
lebih cepat serta berbeda dengan zat lain.
Dia lalu menjelaskan
bagaimana elemen-elemen berkembang menjadi mineral kemudian tanaman,
kemudian hewan, dan kemudian manusia. Di juga menjelaskan bagaimana
variabilitas heriditas merupakan faktor penting dalam evolusi biologi
mahluk hidup.
Kimia
Dalam bidang kimia,
Nasiruddin mengungkapkan versi awal tentang hukum kekekalan massa. ''Zat
dalam tubuh tak bisa sepenuhnya menghilang. Zat itu hanya merubah
bentuk, kondisi, komposisi, warna, dan bentuk lainnya yang berbeda,''
kata dia.
Matematika
Selain menghasilkan
rumus sinus pada segitiga, Nasiruddin juga adalah matematikus pertama
yang memisahkan trigonometri sebagai disiplin ilmu yang terpisah dari
matematika.
Pencapaian penemu rumus sinis segitiga
Selama
mendedikasikan hidupnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, Nasiruddin
Al-Tusi telah menulis beragam kitab yang mengupas bermacam ilmu
pengetahuan. Di antara kitab yang berhasil ditulisnya itu antara lain;
kitab Tajrid-al-'Aqaid (sebuah kajian tentang ilmu kalam) dan Al-Tadhkirah fi Ilm Al-Hay'ah (sebuah memoar tentang ilmu astronomi).
Kitab
tentang astronomi yang ditulis Nasiruddin itu banyak mendapat komentar
dari para pakar astronomi. Komentar-komentar itu dibukukan dalam sebuah
buku berjudul Syarah Al-Tadhkirah (Sebuah Komentar atas Al-Tadhkirah) yang ditulis Abdul Ali ibn Muhammad ibn Al-Husayn Al-Birjandi dan Nazzam Nishapuri.
Selain itu, Nasiruddin juga menulis kitab berjudul Akhlaq-i-Nasri yang mengupas tentang etika. Kitab lainnya yang terbilang populer adalah Al-Risalah Al-Asturlabiyah (Risalah Astrolabe). Kitab ini mengupas tentang peralatan yang digunakan dalam astronomi.
Di bidang astronomi, Nasiruddin juga menulis risalah yang amat populer, yakni Zij-i ilkhani (Tabel Ilkhanic). Ia juga menulis Syarah Al-Isharat, sebuah buku yang berisi kritik terhadap hasil kerja Ibnu Sina.
Selama
tinggal di Nishapur, Nasiruddin memiliki reputasi yang cemerlang,
sebagai ilmuwan yang beda dari yang lain. Pencapaian mengagumkan yang
berhasil ditorehkan Nasiruddin dalam bidang matematika adalah pembuatan
rumus sinus untuk segitiga, yakni; a/sin A = b/sin B = c/sin C.
read : Nasiruddin Al-Tusi, Ilmuwan Serba Bisa dari Persia (1)
Source: republika.co.id
Kamis, 19 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar