Rabu, 25 Juli 2012

Sabun, Warisan Islam yang Terlupakan (1)

Salah satu penemuan penting yang dicapai umat Islam di era keemasan adalah sabun. Sejak abad ke- 7 M, umat Muslim telah mengembangkan sebuah gaya hidup higienis yang mutakhir.

Menurut Ahmad Y Al-Hassan dalam bukunya yang berjudul Technology Transfer in the Chemical Industries, kota-kota Islam seperti Nablus (Palestina), Kufah (Irak), dan Basrah (Irak) telah menjadi sentra industri sabun. “Sabun yang kita kenal hari ini adalah warisan dari peradaban Islam,” papar Al-Hassan.

Menurut Al-Hassan, sabun yang terbuat dari minyak sayuran, seperti minyak zaitun serta minyak aroma, pertama kali diproduksi para kimiawan Muslim di era kekhalifahan.

Salah seorang sarjana Muslim yang telah mampu menciptakan formula sabun adalah Al-Razikimiawan legendaris dari Persia. “Hingga kini, formula untuk membuat sabun tak pernah berubah,” kata Al-Hassan.

Sabun yang dibuat umat Muslim di zaman kejayaan sudah menggunakan pewarna dan pewangi. Selain itu, ada sabun cair dan ada pula sabun batangan. Bahkan, pada masa itu sudah tercipta sabun khusus untuk mencukur kumis dan janggut.

Harga sabun pada 981 M berkisar tiga Dirham (koin perak) atau setara 0,3 Dinar (koin emas). Resep pembuatan sabun di dunia Islam juga telah ditulis seorang dokter terkemuka dari Andalusia, Spanyol, bernama Abu Al-Qasim Al-Zahrawi alias Abulcassis (936-1013 M).

Ahli kosmetik ini memaparkan tata cara membuat sabun dalam kitabnya yang monumental bertajuk Al-Tasreef. Al-Tasreef merupakan ensiklopedia kedokteran yang terdiri atas 30 volume. Kitab itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan digunakan sebagai buku referensi utama di sejumlah universitas Eropa terkemuka.

Sang dokter memaparkan resep-resep pembuatan beragam alat kosmetik pada volume ke-19 dalam kitab Al-Tasreef. Selain itu, resep pembuatan sabun yang lengkap tercatat dalam sebuah risalah bertarikh abad 13 M.

Manuskrip itu memaparkan secara jelas dan detail tata cara pembuatan sabun. Fakta ini menunjukkan betapa dunia Islam telah jauh lebih maju dibandingkan peradaban Barat. Masyarakat Barat, khususnya Eropa, diperkirakan baru mengenal pembuatan sabun pada abad ke-16 M.


Pabrik sabun kuno (ilustrasi)


Namun, Sherwood Tay lor (1957) dalam bukunya yang berjudul A History of Industrial Chemistry, menyatakan peradaban Barat baru menguasai pembuatan sabun pada abad ke-18 M.

Sejatinya, menurut RJ Forbes (1965) dalam bukunya bertajuk Studies in Ancient Technology, campuran yang mengandung sabun telah digunakan di Mesopotamia. “Mereka belum mengenal sabun, tapi beberapa deterjen telah digunakan,” ungkap Forbes.

Menurut dia, dunia klasik belum memiliki deterjen yang lebih baik. Penemuan sabun yang tergolong modern memang baru diciptakan pada masa kejayaan Islam.

Sejarah pembuatan sabun di dunia Islam dicatat secara baik oleh Raja Al-Muzaffar Yusuf ibn Umar ibn Ali ibn Rasul (wafat 1294 M). Dia adalah seorang Raja Yaman yang berasal dari Dinasti Bani Rasul yang kedua.

Raja Al-Muzaffar merupakan seorang penguasa yang senang mempelajari karya-karya ilmuwan Muslim dalam bidang kedokteran, farmakologi, pertanian, dan teknologi. Raja Al-Muzaffar juga sangat mencintai ilmu pengetahuan.

Pada masa kekuasaannya di abad ke-13 M, ia mendukung dan melindungi para ilmuwan dan seniman untuk berkreasi dan berinovasi. Dalam risalahnya, sang raja mengisahkan bahwa Suriah sangat dikenal sebagai penghasil sabun keras yang biasa digunakan untuk keperluan di toilet.

N Elisseeff dalam artikelnya berjudul Qasr Al-Hayr Al-Sharqi yang dimuat dalam Ensiklopedia Islam volume IV, menyatakan para arkeolog menemukan bukti pembuatan sabun dari abad ke-8 M. Saat itu, kekhalifahan Islam sedang menjadi salah satu penguasa dunia.

Geografer Muslim kelahiran Yerusalem, Al-Maqdisi, dalam risalahnya berjudul Ahsan Al-Taqasim fi Ma’rifat Al-Aqalim, juga telah mengungkapkan kemajuan industri sabun di dunia Islam. Menurut Al-Maqdisi, pada abad ke-10, Kota Nablus (Palestina) sangat masyhur sebagai sentra industri sabun. Sabun buatan Nablus telah diekspor ke berbagai kota Islam.

Menurut Al-Maqdisi, sabun juga telah dibuat di kota-kota lain di kawasan Mediterania, termasuk di Spanyol. Andalusia dikenal sebagai penghasil sabun berbahan minyak zaitun. M Shatzmiller dalam tulisannya bertajuk Al-Muwahhidun, yang tertulis dalam Ensiklopedia Islam terbitan Brill Leiden, juga mengungkapkan betapa pesatnya perkembangan industri sabun di dunia Islam. “Pada 1200 M, di Kota Fez (Maroko) saja terdapat 27 pabrik sabun,” tulis Shatzmiller.




Read : Sabun, Warisan Islam yang Terlupakan (2)

0 komentar:

Posting Komentar

newer post older post Home