Kamis, 19 Juli 2012

Ilmuwan Muslim: Al-Baytar, Sang Penemu Hindiba

Pada era awal penemuan Hindiba, nama Ibnu Al-Baytar sangat kondang. Bernama lengkap Abu Muhammad Abdallah Ibnu Ahmad Ibnu Al-Baytar Dhiya Al-Din Al-Malaqi, dia dikenal sebagai ilmuwan Muslim legendaris di bidang botani (tetumbuhan) dan farmasi (obat-obatan) pada era kejayaan Islam. Dia lahir pada akhir abad ke-12 M di Kota Malaga (Spanyol).

Kegemarannya mempelajari tetumbuhan terlihat sedari kecil. Beranjak dewasa, dia pun belajar banyak mengenai ilmu botani kepada Abu Al-Abbas Al-Nabati yang pada masa itu merupakan ahli botani terkemuka.

Dari sinilah, Al-Baytar lantas banyak berkelana untuk mengumpulkan beragam jenis tumbuhan. Tahun 1219, dia melakukan perjalanan ekspedisi untuk mencari aneka jenis tumbuhan. Bersama beberapa pembantunya, Al-Baytar berkelana di sepanjang pantai utara Afrika dan Asia Timur Jauh.

Tempat-tempat penting yang pernah disinggahi antara lain, Bugia, Qastantunia (Konstantinopel), Tunisia, Tripoli, Barqa, dan Adalia. Setelah 1224, Al-Baytar bekerja untuk Al-Kamil, Gubernur Mesir, dan dipercaya menjadi kepala ahli tanaman obat.

Pada 1227, Al-Kamil mengekspansi kekuasaannya hingga Damaskus. Karena kesetiaannya, Al-Baytar selalu menyertainya di setiap perjalanan. Momen ini dimanfaatkan untuk banyak mengumpulkan tumbuhan. Ketika tinggal beberapa tahun di Suriah, Al-Baytar berkesempatan mengadakan penelitian tumbuhan di area yang sangat luas, termasuk Saudi Arabia dan Palestina. Sumbangsih utama Al-Baytar adalah kitab Al-Jami fi Al-Adwiya Al-Mufrada.

Kitab tersebut paling terkemuka dalam ilmu tumbuhan dan ilmu pengobatan Arab. Kitab ini menjadi rujukan para ahli tumbuhan dan obat-obatan hingga abad ke-16. Ensiklopedia tumbuhan yang ada dalam kitab ini mencakup 1.400 jenis. Isinya didominasi tumbuhan obat dan sayur-mayur.

Kelengkapan kitab ini membuatnya dirujuk oleh 150 penulis, terutama penulis dari Jazirah Arab. Sekitar 20 ilmuwan menerjemahkannya ke bahasa Latin. Publikasinya dimulai tahun 1758. Karya fenomenal kedua Al-Baytar adalah kitab Al-Mughni fi Al-Adwiya Al-Mufradayakni, sebuah ensiklopedia obat-obatan.

Di dalamnya, terdapat 20 bab tentang beragam khasiat tanaman yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Selain bahasa Arab, Baytar pun kerap memberikan nama Latin dan Yunani kepada tumbuhan, serta suka berbagi ilmu.

Kontribusi Al-Baytar tersebut merupakan hasil observasi dan penelitian selama bertahun-tahun. Karyanya kini amat memengaruhi perkembangan ilmu botani dan kedokteran, baik di Eropa maupun Asia.

Selain ahli Botani, Al-Baytar juga dikenal sebagai ahli obat-obatan terhebat yang pernah dimiliki Spanyol pada abad pertengahan.

Untuk menambah koleksi tanaman obatnya, Al-Baytar menjelajahi daerah pesisir Mediteranian, mulai dari Spanyol hingga Suriah. Dia berhasil mengumpulkan dan memberikan catatan terhadap lebih dari 1.400 jenis tanaman obat.

Ensiklopedi tumbuhan Al-Baytar

Al-Baytar juga melakukan perbandingan tanaman obat yang diperolehnya dengan 150 jenis tanaman langka yang lebih dulu ditemukan oleh ahli Botani Arab lainnya. Pengoleksian jenis tanaman obat inilah yang mengantarkan Al-Baytar mendapat sebutan ahli botani yang paling terkemuka di dunia Arab.

"Catatan-catatan Al-Baytar adalah catatan terpenting dalam dunia tumbuhan dari seluruh periode kejayaan ahli botani, mulai dari masa Dioscorides sampai abad ke-16," ungkap Sarton. Catatan Al-Baytar, kata ahli sejarah ini, seperti kamus atau ensiklopedia lengkap tentang tumbuh-tumbuhan.

Setelah menyelesaikan karyanya, Al-Baytar pun mengabdikan diri pada Raja Ayyubib Al-Malik Al-Lamil, sebagai kepala tabib (menteri kesehatan) di Kairo. Dengan jabatan yang diembannya, Al-Baytar tetap melakukan ekspedisi tanaman obat ke seluruh wilayah Suriah dan Asia Jauh sampai akhirnya meninggal di Damaskus.

Menurut Sarton, Al Baytar adalah salah satu penyumbang utama perkembangan ilmu kedokteran dunia. "Karyanya berjudul Al-Mughani fi Al-Adwiyah Al-Mufrada dijadikan rujukan utama dalam dunia kedokteran modern hingga beberapa abad sesudahnya," ujarnya.

Di Spanyol juga pernah hidup para ahli botani yang memberikan kontribusi sangat besar terhadap perkembangan ilmu tanaman. Di antara mereka adalah Abdul Abbas Al-Nabati yang menjelajahi pesisir Afrika dari Spanyol ke Arab untuk mencari tanaman obat dan tumbuhan. Al-Nabati juga menemukan sejumlah tanaman langka di tepi Laut Merah.

Ahli Botani lainnya yaitu Ibnu Sauri yang membuat sketsa tumbuhan yang dia temui selama perjalanannya di Suriah. Dalam melakukan pekerjaannya, Ibnu Sauri ditemani seorang seniman.

Ada juga Ibnu Wahshiya yang menulis buku Al-Filahah Al-Nabatiyah yang berisi tentang informasi penting seputar hewan dan tumbuh-tumbuhan. Ahli botani Muslim lainnya, yaitu Zakariya Al-Kaiwini (wafat 1283 M), Al-Dinawari (penulis buku Book of Plants) , dan Al-Bakri yang menulis sebuah buku yang menggambarkan secara detail tentang tumbuh-tumbuhan di Andalusia.

Sumbangsih pemikiran dan dedikasi Muslim di Spanyol pada bidang tumbuh-tumbuhan, kata Sarton, membuat ilmu botani, pertanian dan perkebunan, berkembang sangat pesat. "Dunia perkebunan dan pertanian mengalami kemajuan. Para ahli botani Muslim membuktikan bahwa sumbangsih peradaban Islam sangat berarti bagi dunia," pujinya.

0 komentar:

Posting Komentar

newer post older post Home